Selasa, 10 November 2015

Perlawanan Terhadap VOC dan Hindia-Belanda

PERLAWANAN TERHADAP VOC
Dahulu kala VOC berlayar ke nusantara dengan melakukan penjajahan menggunakan sistem Politik Devide et impera Kekuatan penjajahan itu telah merendahkan martabat bangsa dan membuat penderitaan rakyat, sehingga terjadi berbagai perlawanan, seperti:
   1.      Aceh vs Portugis dan VOC
Dahulu kala tepatnya di Aceh (1523) Portugis melancarkan serangan ke Aceh di bawah pimpinan Henrigues, dan menyusul pada tahun 1524 dipimpin oleh de Sauza. Pada tahun 1629 tokoh dari Aceh Iskandar Muda melancarkan serangan ke Malaka dan melakukan upaya perlawanan seperti : Melengkapi kapal-kapal dagang Aceh dengan persenjataan, meriam dan prajurit, Mendatangkan bantuan persenjataan, sejumlah tentara dan beberapa ahli dari Turki pada tahun(1567), Mendatangkan bantuan persenjataan dari Kalikut dan Jepara. Penyebab utama Aceh melakukan perlawanan ini karena pada tahun 1511 Malaka jatuh ke tangan Portugis, banyak para pedagang Islam yang menyingkir dari Malaka menuju ke Aceh. Dengan demikian perdagangan di Aceh semakin ramai sehingga menjadi bandar dan pusat perdagangan. ini merupakan ancaman bagi Portugis yang kemudian berencana menghancurkan Aceh. Nasib Akhir perlawanan Aceh yaitu pada tahun 1641 Malaka jatuh ke tangan VOC.

   2.      Maluku Angkat Senjata

Pada tahun 1521 tepatnya di Maluku, terjadi perlawanan antara portugis dan spanyol, penyebab utamanya ialah karena Portugis menjalin persekutuan dengan Ternate sedangkan Spanyol bersekutu dengan Tidore Penyebab lain adalah karena kapal-kapal Portugis menembaki jung-jung dari Banda yang akan membeli cengkih ke Tidore.Upaya perlawanan yang dilakukan Ternate yaitu sultan Ternate (Pangeran Hairun) menyerukan kepada seluruh rakyat maluku, papua/irian dan jawa agar membantu Ternate mengusir portugis di Maluku , Jadi untuk menyelesaikan persaingan antara Portugis dan Spanyol dilaksanakan perjanjian damai, yakni Perjanjian Saragosa pada tahun 1534. Nasib akhir perlawanan Ternate  yaitu Ternate tidak berhasil mengusir Portugis dari Maluku, akhirnya Portugis mendapat kemenangan.

   3.      Sultan Agung vs J.P Coen
 

Pada tahun 1628 tepatnya di Batavia terjadi pertentangan cita-cita sultan Agung dengan keberadaan di jawa oleh VOC. Penyebab utamanya ialah karena : tindakan monopoli VOC, VOC sering menghalangi kapal-kapal dagang mataram yang akan berdagang ke malaka, VOC menolak mengakui kedaulatan mataram, keberadaan VOC di Batavia telah memberikan ancaman serius bagi masa depan pulau jawa. Lalu Sultan Agung melakukan perlawanan seperti: pasukan mataram berusaha membangun Pos Pertahanan, tetapi kompeni VOC berusaha menghalangi sehingga pertempuran antara kedua pihak tidak dapat dihindarkan, meningkatkan jumlah kapal dan senjata, ia juga membangun lumbung-lumbung beras untuk persediaan bahkan makanan seperti di tegal dan Cirebon. Nasib akhir dari perlawanan  yaitu perlawanan pasukan Sultan Agung terhadap VOC telah gagal . Setelah Sultan Agung meninggal (1645) Mataram semakin menjadi lemah sehingga berhasil dikendalikan oleh VOC.

   4.      Perlawanan Banten

                 Sisa-sisa istana Surosowan
Pada Tahun 1619 tepatnya di Banten, terjadi persaingan antara Banten dan Batavia. Penyebab utamanya ialah karena Banten memiliki posisi yang strategis sebagai Bandar perdagangan internasional, oleh karena iu, Belanda selalu ingin menguasainya tetapi tidak pernah berhasil, akhirnya VOC membangun Bandar di Batavia (1619). Lalu terjadilah persaingan memperebutkankan posisi sebagai Bandar perdagangan inetrnasional anatara Banten dan Batavia. Kemudian Pangeran Surya (Sultan Abu Al-fath Sultan ageng Tirtayasa) melakukan perlawanan seperti: melakukan perusakan terhadap beberapa kebun tanaman VOC, mrndirikan benteng-benteng pertahanan (seperti benteng Noordwije). Nasib akhir dari  upaya perlawanan yaitu pasukan Francois tak berhasil mendesak dan memukul mundur Sultan Ageng Tirtayasa sampai ke bentengnya, kemudian Sultan Ageng tirtayasa lari bersama anaknya (Pangeran Purbaya) ke hutan Lebak-lalu ke bogor, baru setelah melalui tipu muslihat (1683) Sultan Ageng Tirtayasa dapat ditangkpa dan ditawan oleh Batavia sampai meninggal (1692).


   5.      Perlawanan Goa
 

Pada tahun 1634 tepatnya di Maluku terjadi perlawanan antara rakyat Maluku dengan VOC. Penyebab perlawanan ini ialah karena VOC berusaha untuk mengendalikan Goa dan menguasai pelabuhan serta menerapkan monopoli perdagangan dan ingin menjadikan sebagai Bandar perdagangan & jalur perdagangan internasional. Kemudian Sultan Hasanudin melakukan perlawanan seperti: mempersiapkan benteng perlawanan. Kemudian Nasib akhir dari perlawanannya yaitu dengan perjanjian Bongaya (18 November 1667). Saat itu Sultan Hasanudin dengan terpaksa melaksanakan perjanjian Bongaya dikarenakan ada tekanan dari VOC. Bahkan benteng pertahanan rakyat Goa telah jatuh dan diserahkan kepada VOC. Kemudian oleh Spelman diberi nama Benteng Rotterdam.

   6.      Rakyat Riau Angkat Senjata

Pada tahun 1723 tepatnya di Riau terjadi perlawanan antara rakyat riau dengan VOC. Penyebab utamanya ialah karena VOC berhasil menanamkan politik memecah belah dan mempengaruhi Riau. Kerajaankerajaan kecil seperti Siak, Indragiri, Rokan, dan Kampar semakin terdesak oleh pemaksaan monopoli dan tindakan sewenang-wenang dari VOC. Lalu upaya perlawanan yang dilakukan oleh Riau ialah : Raja Siak, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723-1741) memimpin rakyatnya untuk melawan VOC, Melakukan serangan yang diperkuat dengan kapal perang “Harimau Buas” yang dilengkapi dengan lancing serta perlengkapan perang secukupnya. Nasib akhir dari perlawanan tersebut yaitu Ketika Sultan Siak melawan VOC mengguanakan “siasat radiat sultan” yaitu Sultan diminta berpura-pura berdamai dengan cara memberikan hadiah kepada Belanda. VOC setuju dengan ajakan damai ini. Perundingan damai diadakan di loji di Pulau Guntung. Pada saat perundingan baru mulai justru Sultan Siak dipaksa untuk tunduk kepada pemerintahah VOC. Sultan segera memberi kode pada anak buah dan segera menyergap dan membunuh orang-orang Belanda di loji itu. Loji segera dibakar dan rombongan Sultan Siak kembali ke Siak dengan membawa kemenangan, sekalipun belum berhasil mengenyahkan VOC dari Malaka.

   7.      Orang Orang Cina Berontak

Pada tahun 1740 tepatnya di Batavia terjadi perlawan antara orang-orang cina dengan VOC.
Penyebab utamanya ialah karena terjadi kebakaran di Batavia. VOC menafsirkan peristiwa ini sebagai gerakan orang-orang Cina yang akan melakukan pemberontakan. Oleh karena itu, para serdadu VOC mulai beraksi dengan melakukan sweeping memasuki rumah-rumah orang Cina dan kemudian melakukan pembunuhan terhadap orang-orang Cina yang ditemukan di setiap rumah. Sementara yang berhasil meloloskan diri dan melakukan perlawanan di berbagai daerah, misalnya di Jawa Tengah. Salah satu tokohnya yang terkenal adalah Oey Panko atau kemudian dikenal dengan sebutan Khe Panjang,kemudian upaya perlawanan yang dilakukan orang-orang cina ialah melakukan pemberotakan. Nasib akhir perlawanan adalah pemberotakan orang-orang cina satu persatu dapat dipadamkan, artinya orang-orang cina dapat dikalahkan oleh VOC dan VOC mengalami kemenangan.

  8.      Perlawanan Raden Mas

Pada tahun 1745 tepatnya di Jawa Pakubuwono II menjalin persahabatan dengan VOC, hal ini menimbulakn kekecewaan kepada bangasawan kerajaan, apalagi VOC melakukan intervensi dalam urusan pemerintahan kerajaan. Kemudian Mas Said melakukan perlawanan dengan R.Sutawijaya & suhu diwangsa pergi keluar kota untuk menysusn kekuatan perlawanan. Kemudian nasib akhir dari perlawanan yang dilakukan ialah dengan disetujuinya perjanjian Giyanti &Salatiga yang berisikan Mataram dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian barat- (daerah yogyakarta) dan bagian timur-(daerah surakarta). Disusun oleh : Ratna RifatulUlya (24)


Perang Melawan Penjajahan Kolonial Hindia-Belanda

Dalam kegiatan pembelajaran Perlawanan Terhadap Hindia Belanda ini saya dapat menyimpulkan dari sekian banyak perlawanan yang terjadi diIndonesia.Perlawanan dari rakyat untuk melawan penjajahan kolonial Hindia-Belanda yaitu :

1.      Perang Tondano

Disusun oleh : Wahyuningsih (33)
Pada tahun 1808 di Minahasa terjadi perang antara rakyat tondano melawan Kolonial Hindia Belanda.Perang ini terjadi akibat dari implementasi politik pemerintah Kolonial Hindia Belanda oleh para pejabat diMinahasa,terutama upaya mobilisasi pemuda untuk dilatih menjadi tentara.Perang Tondano melibatakan beberapa tokoh dalam perang tersebut yaitu Simon Cos, Daendles, Kapten Hartingh, Prediger dan Lonto.Dampak dari peperangan ini yaitu VOC mengalami kemenganan dan pejuang telah banyak yang gugur.Karena peperangan ini terdapat nilai nilai kepahlawanan oleh para pejuang antara lain rela berkorban karena rela mati daripada menyerah dalam perang, berjiwa kesatria karena memilki semangat juang yang tinggi untuk melawan VOC. Disusun oleh : Leni Novita Sari (15)


2.      Patimura Angkat Senjata

Disusun oleh : Wahyuningsih (33)
Tahun selanjutnya yaitu tahun 1817 juga terjadi peperangan melawan Hindia Belanda yaitu di Maluku. Penyebabnya yaitu kegiatan monopoli di Maluku yang diperketat, para guru akan dihentikan, para pemuda yang dijadikan tentara diluar Maluku dan sikap arogan residen saparua. Perang ini melibatkan Christina Martha, Thomas Patiwwail, Lucas L, dan Patimura sendiri maupun kaumnya.Upaya untuk menyerang yaitu menggunakan cara menghancurkan kapal belanda, menyerang benteng Zeelandia dan Duurstede, melakukan perlawanan dengan gerilya, juga membunuh Mayor Beetjes. Sehingga peperangan ini berdampak Patimura dihukum gantung di alun alun kota ambon, Christina Martha dibuang keJawa sebagai pekerja rodi. Nilai kepahlawanan yang dapat kita ambil dari perang ini adalah rela berkorban dan semangat juang yang tinggi. Disusun oleh : Leni Novita Sari (15)

3.      Perang Padri

Disusun oleh : Wahyuningsih (33)
Perang Padri yang terjadi pada tahun 1821-1837 yang melibatkan Tuanku Imam Bonjol,Tuanku Nan Ranceh,Kaum padri,Kapten goffinet dan Ellout. Perang ini diakibatkan karena pertentangan kaum Padri da Adat yang menjadi campur tangan oleh Belanda. Upaya untuk melawan dengan cara menyerang pos pos Belanda dan pencegahan terhadap patroli Belanda.Dalam perang ini berdampak dpada penduduk pribumi yang menjadi gugur , dipindahkannya Tuanku Imam Bonjol serta kehancuran Tuanku Nan Ranceh. Nilai kepahlawanan yang dapat kita ambil dalam perang ini yaitu jiwa petriotisme karenan mampu memimpin perlawanan dan juga tidak mudah terperngaruh oleh lawan sehingga kita tidak mudah dibohongi. Disusun oleh : Leni Novita Sari (15)


4.      Perang Diponegoro

Disusun oleh: Wahyuningsih (33)
Tahun 1825 meletuslah perang Diponegoro yang terjadi akibat rakyat dibelit dengan pajak dan pungutan, pihak keraton Yogyakarta tidak berdaya menghadapi campur tangan politik pemerintah kolonial dan pihak keraton hidup mewah tanpa memperdulikan masyaratakat. Perang ini melibatkan beberapa tokoh antara lain Kyai Mojo, Sentot P dan Pangeran Diponegoro sendiri. Dampak dalam perlawanan ini telah menewaskan 200 orang Indonesia, juga merupakan perang termahal yang dapat dirasakan di seluruh nusantara sehingga ekonomi Indionesia semakin memburuk. Nilai kepahlawanan dalam peperangan ini yaitu dapat kita ambil seperti mengutamakan ketaqwaan dalam perintah agaman, mengutamakan kejujuran dalam anti kebatilan dan kejahatan, serta mengutamakan sikap konsisten. Disusun oleh : Leni Novita sari (15)

5.      Perang Banjar

Pada tahun 1817 terjadilah perang yang di sebut dengan perang banjar yang mempunyai salah satu tokohnya yaitu Pangeran Hidayatullah. Penyebabab terjadinya perang banjar ini adalah pengakuan Tamjidillah sebagai sultan Banjarmasin yang menimbulkan protesan rasa kecewa dari berbagai pihak karena Tamjidillah memiliki perangai yang kurang baik.
Dengan adanya perang banjar ini rakyat kalimantan selatan atau lebih tepatnya ibukota Banjarmasin berupaya untuk membakar kawasan tambang batu bara dan pemukiman orang-orang belanda , membuat dan memperkuat pertahanan di tanah laut martapura,rantau,dan kandangan, selain itu rakyat banjarmasin berupaya untuk mengusahakan tambahan senjata. Pada perang ini terdapat dampak bagi rakyat kalimantan selatan yang mengalami kekalahan karena pihak belanda yang mengalami kemenangan.
Dalam perang banjar yang terjadi tepatnya pada tahun 1817 ini dapat di ambil nilai-nilai kepahlawanan nya yaitu para tokohnya yang mempunyai jiwa kesatria,dan berani karena benar.

6.      Aceh Berjihad

Perlawanan ini terjadi pada tahun 1873-1912 yang salah satu tokohnya adalah Habib Abdurrahman yang terjadi di wilayah Aceh. Penyebab terjadinya perlawanan ini adalah Aceh menjadi pusat perdagangan . daerah yang luas dan memiliki hasil penting seperti lada,hasil tambang,serta hasil laut. Karena itu dalam mewujudkan Pax Nerlandica belanda sangat berambisi untuk menguasai aceh.
Dengan terjadinya perlawanan ini rakyat aceh berupaya untuk mewaspadai gerak gerik belanda dan mempersiapkan segala sesuatu nya untuk menghadapi aneksasi terhadap belanda. Dampak yang di alami rakyat aceh adalah tidak putus asa berani benar tetapi mengalami kekalahan dan pihak belandaa lah yang mengalami kemenangan.
Nilai kepahlawanan yang bisa di ambil dalam perlawanan ini adalah berjiwa kesatria dan pantang menyerah atu tidak mudah putus asa.

7.      Perlawanan di Bali

Pada tahun 1870-an terjadilah perlawanan yang tepatnya di daerah Bali. Yang memiliki slah satu tokohnya yaitu I Gusti Ketut Jelantik . perlawanan ini terjadi di sebabkan karena penduduk melakukan perampasan atas isi dua kapall belanda yang terdampar di pantai Sangsit dan Jemrana.
Dengan adanya perlawanan ini rakyat bali mempunyai upaya untuk mempersiapkan prajurit Buleleng dan memperkuat pos-pos pertahanan, membangun benteng pertahanan yang kuat bagikan gelas supit urang, dan memperkuat pasukan. Dan dalam perlawanan ini terdapat dampak perlawanan yaitu kerajaan Buleleng karang asem jatuh ke tangan belanda.
Nilai kepahlawanan yang dapat di ambil dalam perlawanan ini adalah tokoh-tokoh nya yang rela berkorban demi daerahnya.

8.      Perang Batak

Perang batak terjadi pada tahun 1870 yang berada di daerah batak dengan salah satu tokohnya yaitu Patuan Bosar Ompu Pulo Batu/Sisingamangaraja(1878). Penyebab terjadinya perang batak adalah karena kedatangan bangsa belanda ke pedalaman batak yang waktu itu di pimpin oleh Sisingamangaraja XII sebagai ahli waris dan Sisingamangaraja XI yang masih bebas dari bangsa belanda.
Dalam perang batak ini rakyat batak mempunyai upaya yang salah satu nya adalah raja berkampanye ke daerah-daerah untuk menghimbau masyarakat agar mengusir para zeding karena dapat merusak adat asli orang batak. Selain itu dampak yang dialami bagi kedua belah pihak adalah banyak yang terbunuh dan kerugian yang merajalela dari kedua belah pihak.
Nilai-nilai kepahlawanan yang dapat di ambil dalam perang batak ini adalah pahlawa HAM , karena memperjuangkan tanah air dari penguasa Belanda, Pahlawan Pluralisme dan Multipurisme, dan pahlawan Unitalisme.

Disusun oleh : Amelia Ari Risfianti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar